About Me

Sore itu, Ahad 8 Mei 1983, tangisan pertamaku memecahkan bumi. Bersaing dengan ribuan kumandang adzan di seantero nusantara. Berharap tuk jadi orang yang membanggakan agama, kedua orang yang paling kuhormati di muka bumi ini memanggilku dengan nama Fahrudin Yusuf. Nama itu mewakili doa dan harapan mereka, dan akan selalu terngiang di telingaku, sejalan dengan lelehnya air mata wanita suci di sepanjang malamnya.

Aku menghabiskan masa kecilku di Magetan, kota tenang nan damai di lereng gunung Lawu. Bersama teman-teman di sekitar rumahnya, aku jalani kehidupan mungil yang penuh dengan suka cita. Aku tinggal hanya bersama orang tuaku, tanpa ditemani oleh saudara sekandung dalam keluarga.

Banyak yang mengira bahwa aku anak manja, karena orang-orang itu hanya melihat figur-figur anak tunggal yang di sajikan media massa seperti televisi. Orang tuaku selalu mendidikku dengan penuh ketegasan. Ahirnya aku yakin, bahwa pendapat orang-orang itu salah.

Seselesainya aku dari Sekolah Dasar, aku ingin melanjutkan studiku di Pondok. Aku juga ingin membuktikan, bahwa aku bukan anak manja seperti yang mereka sangkakan. Ahirnya aku diterima di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Solo. Kemudian pendidikan tingkat atas aku selesaikan di SMU Insan Cendekia Serpong.

Aku sempat kuliah di Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, hanya satu tahun aku bertahan di sana, dan itupun aku anggap sebuah pelarian karena tidak ditermimanya aku melalui jalur SPMB. Keinginanku untuk lebih mendalami ilmu komputer mengantarkan aku sampai di Surabaya, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, tepatnya di Jurusan Teknik Informatika.

Itu mungkin sekelumit cerita kehidupanku, aku bisa menceritanya semua karena semuanya begitu empirik. Berbeda dengan misteri Tuhan yang dititipkan dalam diriku, aku masih belum bisa menangkapnya dengan jelas.

Masih jauh, masih sangat jauh untukku. Bahkan hanya untuk mengenali diriku sendiri. Aku yakin Tuhan masih menyembunyikan kekuatanya dalam diriku. Sebelum semua ini berakhir, sebelum senja turun di Kaki Langit.

Pengen ngobrol?